My stories... My tales... Love it and read it. Hate it and leave it :)
Story by @ipaiffaips. Powered by Blogger.
RSS

Anak Seorang Koruptor

A/N (Author Note): well, sebenernya ini tugas Pkn gajadi. Karena, katanya kalo ngumpulin cerpen bakal dibacain di depan kelas. Kan saya ga mau u,u

Enjoy the story readers :D
__________________________________________________________________________________

Aku Febby, anak kelas 1 SMA yang mendapati diriku sebagai anak dari seorang koruptor. Ya, sayangnya aku ditakdirkan untuk menjadi seperti itu. Ayahku, seorang karyawan BUMN, menjadi tersangka korupsi sebesar 10 juta rupiah. Sebenarnya, aku tak tahu buat apa uang sebanyak itu. Dan lebih pentingnya lagi, aku tak tahu darimana ayah mendapat ide untuk korupsi.
Bundaku menangis lagi, ia sedang berdoa setelah sholat isya berjama’ah bersamaku dan kakak laki-laki-ku. Kita semua mendo’akan agar ayah dapat segera pulang dari penjara.

Aku menutup mataku dan segera tidur. Sekali lagi aku berdo’a supaya ayah bisa cepat pulang ke rumah ini. Walau ayah harus dipenjara selama 4 tahun, aku berharap ketika aku membuka mataku di esok pagi, ayah membuka pintu kamarku dan mengucapkan ‘selamat pagi’.
Namun, kenyataannya, tidak ada orang di kamarku yang mengucapkan selamat pagi padaku. Aku meneteskan air mata. Tak bisa kutahan rasa rindu ini pada ayah.
***
Kejadiaanya sekitar 3 bulan yang lalu, saat malam hari. Pukul 23:20, ayah belum juga pulang. Bunda sangat khawatir karena sms-nya belum dibalas, telpon-nya tidak juga diangkat. Sepuluh menit kemudian aku mendapat sms yang sangat mengejutkan. Ayah ditangkap polisi. Kulihat bunda menangis. Aku tak tega melihatnya menangis. Kakakku langsung menyalakan mobil jazz berwarna abu-abu. Kami pun lagsung menuju kantor polisi tempat ayah berada.
Ayah harus ditahan sementara sampai sidang selesai. Saat itu aku akan menghadapi ujian akhir semester. Ayah berpesan padaku, aku harus rajin belajar. Suatu hari nanti, kami berempat pasti bisa berkumpul bersama lagi.
Ujianku telah selesai, dan pada hari itu keputusan hakim akan diumumkan. Setelah keluar dari gerbang sekolah, aku langsung memasuki mobil kakakku. Dan kami pun menuju pengadilan. Disana sudah ada bunda. Dan sidang pun dimulai. Setelah sekitar satu jam, keputusan hakim akhirnya diumumkan.
“Bapak Budi Septianto dikenai hukuman penjara 4 tahun dan denda sebesar 200 juta rupiah.”
Bunda menangis sejadi-jadinya. Aku pun tak kuasa menahan tangis. Kakak tidak menangis, namun tetap menunjukkan wajah yang sedang bersedih. Ia memeluk bunda.
Setiap dua minggu sekali kami mengunjungi ayah. Sayangnya, tak bisa setiap hari kami mengunjungi ayah. Aku ingin sekali membawa ayah kabur dari penjara. Namun, hukum harus ditegakkan.
***
Aku sedang duduk di teras. Merasakan angin sore yang sejuk. Lalu, aku mendapat sms dari kakakku tercinta. “Kakak mau naik pesawat nih. Insya Allah besok siang nyampe. Do’ain selamat sampai tujuan ya.” Aku langsung berlari menuju ruang tamu. Aku memberitahu bunda, yang sepertinya baru pulang bekerja, dan memeluknya.
Esok harinya aku menjemput kakakku di Bandara Soekarno-Hatta, tentunya bersama bunda. Kakakku baru saja pulang dari Amerika. Ia sudah selesai menempuh pendidikan hukum disana.
Tak terasa sudah hampir 3 tahun, ayah di penjara. Aku sangat rindu ayah. Karena sudah 3 bulan kami tak mengunjugi ayah. Tak tahu kenapa, ayah dipindahkan ke sel lain. Namun, kami tak diberitahu dimana letak sel tersebut. Aneh, tapi mau berbuat apa lagi.
Aku pun sudah selesai melaksanakan ujian nasional. Dan minggu depan, aku dan teman-teman se-angkatanku akan mengikuti wisuda. Sayangnya, cuma bunda dan kakakku yang dapat menyaksikanku diwisuda. Ayah tidak bisa datang karena masih ditahan di penjara. Ayah baru akan dibebaskan tahun depan.
***
“Febby Nur Aini.” Ah, namaku dipanggil. Aku segera berdiri dan menaiki panggung. Aku diberikan sertifikat, medali, dan sebagainya. Aku sempat melihat ke keluargaku, yang sedang duduk diantara keluarga lainnya. Tak tahu kenapa, aku ingin melihat ke ujung ruangan. Dan, aku melihat ayah! Ayah yang selama ini tak kulihat, aku lihat dengan mataku dengan jelas. Ayah, sesosok pria yang dulu agak gemuk, sekarang agak kurus. Namun, tetap ganteng dengan kumis tipisnya itu. Ayah, ayah yang kudamba-dambakan kehadirannya hari ini. Ayah bisa datang dan melihatku diwisuda. Tak kusadari aku meneteskan air mata. Kali ini bukan sedih, namun tangis haru.
Setelah acara wisuda selesai. Aku berlari mencari ayah dan memeluknya. Sekali lagi, aku meneteskan air mata. Aku memeluk ayah erat-erat. Au takut ayah masuk penjara lagi. Aku takut ayah tidak bisa kupeluk lagi. Aku menerima pelukan hangat dari bunda dan kakakku.
Ternyata, ayah memang sudah dibebaskan. Ayah mendapat pengurangan hukuman dari pengadilan. Alhamdulillah, semua ini atas izin Allah. Terimakasih ya Allah, sudah membebaskan ayahku.
Dan aku bertekad, aku harus memberantas korupsi di tanah airku ini. Supaya orang-orang tidak harus merasakan kerinduan yang mendalam pada keluarganya. Supaya orang-orang tidak mengambil jalan korupsi sebagai penerus kehidupannya. Supaya semua rakyat Indonesia bisa makmur dan sejahtera.

~The End~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment