My stories... My tales... Love it and read it. Hate it and leave it :)
Story by @ipaiffaips. Powered by Blogger.
RSS

Akhirnya

“Hai semuanya. Namaku Nesya. Nesya Syafilla. Kalau manggil aku, Eca saja ya.”
“Ya Nesya, silahkan duduk. Di sebelah Ari.”
Perempuan cantik itu pun duduk, sebangku dengan laki-laki yang tampak tak acuh.
“Ehm, Ari kan?”
“Apa urusanmu?” Balas Ari ketus.
‘Ish, jutek banget ini anak.’ Pikir Nesya.
Nesya Syafilla, murid baru di SMA Mawar Melati. Dia adalah murid pindahan dari kota Bandung. Sekarang, Nesya berada di kelas 11 B. Yang bisa disebut dengan kelas unggulan, diantara kelas-kelas lain di SMA ini.
* * * * * * * *
Jam 10.00, waktunya istirahat. Nesya hanya menyendiri di kelas. Dia bukan tipe anak yang mudah bergaul. Namun, dengan ramahnya, ada seorang perempuan yang menghampirinya.
“Eca kan? Aku Lina. Salam kenal.” Ucap Lina sambil mengulurkan tangan dan tersenyum.
“Iya. Aku Eca. Salam kenal juga.” Ucap Nesya lalu bersalaman dengan Lina.
“Ca, kamu kok sendiri?”
“Ya, begitulah. Maklum, anak baru.”
“Kamu udah keliling sekolah?”
“Hem, udah kok.”
“Kamu jangan pendiem ya di kelas. Kelas ini tuh suka ribut. Hehe, mau ke kantin ga? Aku jajanin deh.”
“Oke deh. Apasih yang enggak kalau gratisan.”
Nesya dan Lina pun berjalan ke kantin. Lina membeli siomay dan Nesya membeli es krim. Namun, ditengah jalan...
‘BRAK!’
“Ih, lo kalo jalan liat-liat dong! Pake mata jalan!” Ucap seorang cowo yang tabrakan dengan Nesya.
“Yah, es krimnya jatoh. Padahal baru dijilat sekali.” Ucap Nesya dengan nada lesu.
“Heh, Ari! Lo kalo ngomong jangan sembarangan! Lo kalo jalan juga liat-liat! Liat tuh temen gue, es krimnya jatoh!” Bentak Lina. Tentu saja dia membela Nesya, temannya. “Minta maaf!”
“Udah Lina. Ga apa-apa. Nanti aku ganti uang kamu.” Lirih Nesya pelan.
“Gabisa gitu Ca, harusnya Ari yang ganti rugi. Ga minta maaf lagi.” Ucap Lina keras.
“Buat apa gue minta maaf? Toh ga ada bencana dunia kalo gue ga minta maaf. Ke kelas yuk Galih.” Ucap Ari ketus dan mengajak temannya ke kelas 11 B.
“Wooo, jadi cowo ga gentle!” Teriak Lina. Namun, Ari tak peduli.
Nesya dan Lina kembali ke kelas. Sayangnya, Nesya harus duduk DEKAT dengan Ari. Saat pelajaran, mereka tak mengucapkan satu patah kata pun. Baik Ari ke Nesya, atau sebaliknya. Namun, Ari tetap mengobrol dengan sobatnya, Galih.
* * * * * * * *
Saatnya pulang sekolah, Nesya berdiri di gerbang. Tak tahu mau berbuat apa, Nesya tetap terpaku di gerbang sekolah barunya itu. Tak lama kemudian, Ari datang dengan motornya.
“Nesya?” Sapanya. Tak seperti mukanya tadi, Ari justru tersenyum.
‘Ari ngapain disini? Senyum lagi.’ Pikir Nesya. “Ari, kamu ngapain disini?”
“Eh, gue mau minta maaf Sya. Soal tadi, di kantin.”
“Ah, iya ga apa-apa. Itu mah Lina aja yang lebay.”
“Eh, jadi lo ga pulang?”
“Eh... Lo sendiri?” Jawab Nesya gugup.
“Ini gue mau pulang. Mau bareng?”
“Emangnya rumah kamu dimana?”
“Di Perumahan Lalala Blok T.”
“Eh, rumah aku di deket situ. Boleh deh.”
“Ayo, naik.”
Nesya pun pulang dengan Ari. Di motor, Nesya diam saja. Walaupun sekali-sekali diajak ngobrol oleh Ari. Nesya merasakan sesuatu yang aneh. Suatu yang aneh bila dia berada di dekat Ari.
Sesampainya dia di rumahnya, dia langsung membantingkan dirinya di kasur. Dan berpikir ‘Apa ini? Aku merasa deg-deg-an bila dekat dia. Ah, apakah aku suka dia?’. Namun, Nesya sendiri pun belum dapat menjawab pertanyaan itu.
* * * * * * * *
“Ca, lo udah ngerjain peer matematika belom?” Tanya Ari.
“Dih, pasti mau nyontek ya?” Balas Nesya.
“Ya ya ya? Plis, gue pinjem.”
“Iya iya. Nih,” ucap Nesya seraya menyerahkan buku matematikanya, “jangan lupa dibalikin.” Ari mengacungkan jempolnya.
Sudah dua bulan sejak kedua sahabat ini bertemu. Sejak peristiwa ‘pulang bareng’ itu, mereka jadi dekat. Namun, hanya sebatas teman dekat, tak lebih. Dan sejak peristiwa itu pun juga, Nesya jadi berangkat dan pulang bareng Ari.
“Oh iya, Ri. Nanti gue ga pulang bareng lo. Soalnya gue mau ke rumah Lina.”
“Yes! Ga ada beban lagi kalo naik motor!”
“Ih lo kok gitu sih? Kalo gue membebani lo, yaudah gue gausah diantar-jemput lagi.”
“Yah, Eca marah. Kan gue bercanda Ca.”
“Iya Ari, gue juga marahnya bercanda. Haha. Lo percaya aja sih.”
“Hah, ternyata di sini ada penipu ulung!” Canda Ari.
“Ih Ari.”
* * * * * * * *
Saatnya pulang sekolah. Ari berjalan ke lapangan parkir sendiri. Karena, siang ini tidak ada Nesya di motornya.
“Ari! Aku kangen banget sama kamu.” Ucap seorang perempuan dari jauh. Dia berlari ke arah Ari.
“Dea?” Ucap Ari yang hanya bisa menyebutkan satu kata, ‘Dea’.
“Ari, kamu kabarnya gimana? Yaampun, kamu ga berubah ya?”
Ari hanya terdiam.
* * * * * * * *
“Lina, Dea siapa sih? Kayaknya gue liatin Ari nulis nama Dea terus di bukunya, ngomongnya juga tentang Dea mulu.” Tanya Nesya.
“Dea? Oh, Dea. Dea itu pacarnya Ari. Waktu menjelang kelas 11, dia ikut program pertukaran murid.” Jelas Lina panjang lebar. Penjelasan Lina pun seperti badai petir bagi Nesya. Padahal, dia menaruh hati pada Ari.
“Tapi, gue denger-denger sih, mereka berdua udah putus. Ga bisa jauh-jauhan.” Ucap Lina lagi.
“Eh, Ca. Nanti gue ga bisa nganterin lo pulang, maaf ya. Gue ada janji sama Dea.” Ucap Ari yang tiba-tiba menghampiri Nesya dan Lina. Nesya pun makin sedih dengan perkataan Ari tadi.
* * * * * * * *
          Pulang sekolah pun, Nesya hanya sendiri. Namun, dia masih di kelas, merenungi nasibnya itu, hanya sendiri. ‘Dea, kenapa harus ada Dea?’ Pikirnya. Nesya mulai meneteskan air matanya. Sayangnya, tak ada orang yang bisa meminjamkan pundaknya untuk gadis itu.
“Eca?” Ucap Ari kaget setelah ia membuka pintu kelas 11 B.
“Eh?” Nesya pun juga kaget. Ia pun segera menyeka air matanya.
“Ca, lo nangis?” Tanya Ari.
“Hem, lo ngapain di sini? Bukannya lo ada janji sama Dea?” Tanya Nesya mengalihkan pertanyaan Ari.
“Gue mau ngambil buku gue. Ketinggalan di meja.” Ucap Ari langsung mengambil bukunya yang berada di atas meja. “Lo marah ya, gue ga anterin pulang?”
“Marah? Sama lo? Ngapain. Kurang kerjaan.”
“Ariii, ayo. Jangan lama-lama.” Ucap Dea yang tiba-tiba memasuki kelas 11 B, ia menghampiri Ari.
“Iya, ini aku mau balik.” Balas Ari.
“Ari, gue balik ya. ” Ucap Nesya. “Dea juga, duluan ya.” Nesya berlari keluar kelas. Matanya berkaca-kaca.
* * * * * * * *
Nesya, gadis itu menangis, untuk ke-sekian kalinya. Air matanya membasahi bantalnya, kasurnya. Hatinya hancur. Nesya, dengan mata kepalanya sendiri melihat Ari hanya berdua dengan  Dea. Mereka duduk di bawah pohon, romantis sekali. Dan tadi sebelum pulang sekolah, anak-anak 11 B ditraktir Ari karena dirinya dan Dea telah jadian kembali. Terkecuali Nesya, dia langsung pulang ke rumahnya. Dengan air matanya yang menetes, hatinya yang telah hancur.
Gadis itu pun ijin tidak sekolah selama 2 hari. Karena, ia masih tak sanggup bertemu dengan Ari. Dan tanpa ia sadari, Nesya terkena demam. Lina, sohibnya itu pun menjenguk Nesya, yang masih menangis.
“Ca, lo kenapa?” Tanya Lina pelan.
“Hati gue perih Lin. Gue sakit kalo ngeliat Ari berduaan sama Dea.” Lina pun kaget mendengar pernyataan sahabatnya itu. Dia tidak menyangka, ternyata Nesya, sahabatnya itu suka sama Ari.
“Ca, lo suka sama Ari?” Tanya Lina, meyakinkan prediksinya. Nesya hanya mengangguk. “Eca, lo harus tegar. Kalo jodoh ga kemana kok.”
“Loh?” Ucap Nesya pelan, dia merasa aneh dengan ucapan sohibnya itu.
“Eh, salah ya? Salah nasehat ya gue?” Nesya pun tersenyum. Dia sangat beruntung mempunyai sahabat yang bisa menghiburnya. “Eca, lo harus tegar. Biarin aja Ari sama Dea. Toh, Ari yang rugi. Ari udah kehilangan orang yang sayang sama dia. Lo ga bisa gini terus Ca. Buat apa orang tua lo bayar SPP kalo lo-nya sendiri ga sekolah?”
“Haha. Tapi gue ga sanggup Lin, deket sama Ari.”
“Kalo itu sih gampang, lo duduk di tempat gue bareng Elsa. Biar gue yang duduk sebangku sama Ari. Kan meja gue jauh tuh sama meja Ari.”
“Hem, makasih ya Lina.” Nesya memeluk Lina. Mereka berdua tersenyum.
* * * * * * * *
Tak terasa sudah empat bulan Nesya pindah ke SMA Mawar Melati. Dia pun masih menyimpan sedikit rasa pada Ari. Dan hari ini tanggal 14 Februari, hari valentine atau hari kasih sayang. Nesya memutuskan untuk memberikan coklat pada Ari, langsung kepada orangnya.
“Hem, Ari... Ini ada coklat dari gue. Terima ya.” Ucap Nesya agak gugup yang lalu menyodorkan coklat berbentuk hati.
“Eh?” Ari tampak bingung dengan perkataan Nesya.
“Ri, walaupun lo udah punya Dea... Ari, sebenernya sejak lo nganterin gue pulang. Sejak lo minta maaf, gue... GUE SAYANG SAMA LO!”
“Hah?” Ari tercengang.
“Ariii!” Panggil Dea, “Ke kantin yuk.” Tanpa mendapat jawaban bahkan anggukan dari Ari, Dea langsung menarik tangan Ari dan, menggandengnya.
“Kalo ga mau terima bilang aja!” Bentak Nesya, ia melempar coklatnya. Ia pun segera lari ke kamar mandi perempuan. Ya, ia sekali lagi, menangis.
Ari menghentikan Dea. Ari, lelaki itu tak percaya, temannya Nesya, punya perasaan khusus kepada dirinya. Dia pun menyadari saat di sedang men-traktir anak 11 B tak ada Nesya. ‘Nesya, gadis itu cemburu.’ Pikir Ari.
* * * * * * * *
“Nesya!” Panggil Ari agak keras. Dia berlari ke arah Nesya yang terdiam di parkiran.
“Ca, gue minta maaf ya. Soal kemaren. Gue ga tau kalo...”
“Cukup Ri. Sekarang jangan deket-deket gue lagi. Hati gue udah cukup tersakiti selama ini.”
“Eca, gue... GUE PUTUS SAMA DEA!”
“Hah?!”
“Iya, Ca. Gue putus sama Dea. Ini buat kebaikan semua orang, termasuk lo. Ini keputusan gue dan Dea. Sekarang pun, Dea pindah ke SMA lain.”
Nesya hanya terdiam.
“Dan gue sadar. Sekarang, gue lebih sayang sama lo. Gue lebih sayang sama Eca” Lirih Ari. Nesya, Nesya menangis. Namun bukan kesedihan, kali ini dia bahagia.
“Eh, Eca. Lo mau kan?” Ari mengulurkan tangannya.
“Mau apa?” Ucap Nesya meletakkan tangannya di atas tangan Ari dan mengayunkannya.
“Mau...”
“Iya, aku mau Ari.” Jawab Nesya lalu tersenyum.
Namun, mereka berdua hanya terdiam. Tak tahu mau melakukan apa.
“EHEM! Ari Eca PJ!” Ucap Lina, Galih dan beberapa anak 11B yang ternyata bersembunyi di balik pohon.
Nesya lalu berbisik kepada Ari.
“Satu, dua, tiga...” Ucap Nesya.
“LARIII!” Ucap Nesya dan Ari bersamaan. Dan sesuai yang mereka ucapkan, mereka kabur dari teman-teman mereka.

~~~~Selesai~~~~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment